Manchester by the Sea
Genre: Drama
Sutradara: Kenneth Lonergan
Penulis Naskah: Kenneth Lonergan
Tanggal Rilis Perdana: 16 Desember 2016
Durasi: 137 menit
Lee (Casey Affleck) adalah petugas kebersihan di sebuah kompleks apartemen di pinggiran Boston yang menghabiskan hari-harinya menyekop salju dan membersihkan toilet sementara tiap malam ia habiskan untuk minum bir di sebuah bar. Jelas bahwa sesuatu yang kelam telah terjadi di masa lalunya - kelam hingga mampu merubah pria yang pada awalnya merupakan seorang yang menyenangkan ini seperti yang terlihat dalam sebuah flashback menjadi merasa dihantui hingga menjadi sosok yang apatis pada saat masa kini. Tetapi ada semacam ketenangan aneh dengan kehidupan tak berwarnanya yang Lee jalani. Ia bekerja pada siang hari dan minum-minum di malam hari dan tidak ada satupun yang berubah - hingga sampai kepergian kakaknya Joe (Kyle Chandler) memaksanya keluar dari rutinitasnya itu serta mengatakan bahwa Lee harus menjaga keponakannya yang berusia 16 tahun (Lucas Hedges).
Diawal film, Lee adalah seorang pria dingin, tidak berbicara pada siapa pun kecuali bosnya dan warga dari apartemen yang ia jaga. Interaksinya hanya mempertegas kembali sebuah rasa patah semangat dan ancaman kekerasan yang Affleck gambarkan dengan bahu yang membungkuk di sepanjang film dan tangan yang ia tenggelamkan ke dalam saku celananya serta tatapan mata yang berkaca-kaca. Pada flashback yang penuh warna dan energi, ia adalah orang yang sangat berbeda, sering bercanda dengan kakaknya di perahu mereka serta sangat memanjakan sang istri.
Sebagian besar aksi-aksi di film ini kebanyakan muncul dari tugas-tugas rutin kecil yang mana sang sutradara, Kenneth Lonergan, gunakan untuk menggaris bawahi penderitaan para karakter. Saat kakaknya Lee meninggal, ia harus mengisi formulir dan memilah keuangan, menyoroti kesengsaraannya yang tak ada hentinya dan menghadapi realitas sehari-hari setelah kematian sang kakak. Dalam sebuah adegan ketika Lee lupa di mana ia memarkirkan mobilnya atau adegan ketika ia sedang memanaskan pizzanya, entah bagaimana melalui adegan-adegan seperti ini saja dapat terlihat bahwa ia ingin terlihat tegar akan kesedihan mendalamnya yang ia tahu tidak akan pernah bisa ia atasi.